Ketika Aburizal Bakrie sukses merebut Ketua Umum Partai Golkar di Riau, banyak orang beranggapan bahwa karir politik Burhanuddin Napitupulu sudah habis. Dia hanya akan menjadi politisi tanpa jabatan di DPR RI. Ada banyak alasan yang dipakai untuk prediksi tersebut. Pertama, Burnap, demikian dia sering disapa, tidak menjadi bagian dari penguasa Partai Golkar periode ini yang dikomandoi oleh Aburizal Bakrie (Ketua Umum) dan Akbar Tanjung (Ketua Dwan Penasehat). Dalam Munas Riau, politisi kawakan ini bisa dibilang berada di pihak selain Ical. Dia pendukung calon selain Ical. Selain itu, dia juga terkenal sangat kritis terhadap Akbar. Dalam beberapa kesempatan dia sering kali melontarkan kritikan pedas terhadap Akbar Tanjung. Artinya, dia bukan inner circle dari dua punggawa Partai Golkar saat ini.
Kedua, implikasi dari yang pertama, Burnap telah dikalahkan oleh "kubu Ical Akbar" pada saat pemilihan calon Pimpinan MPR dari Partai Golkar. Dalam partai final, Burnap kalah suara dari Hajriyanto Thohari. Ketiga, nama Burnap juga tidak masuk dalam jajaran kepengurusan Partai Golkar 2009 - 2015.
Hanya saja, prediksi banyak orang tersebut tak terbukti. Partai Golkar ternyata memberikan kepercayaan kepada Burnap untuk menjadi Ketua Komisi II DPR RI periode 2009-2014. Hanya Burnap-lah satu-satunya pimpinan DPR dari Partai Golkar yang bukan bagian dari pengurus Partai Golkar 2009-2015. Di tengah persaingan di Partai Golkar yang begitu kompetitif, serta friksi yang juga begitu tajam, apa yang menyebabkan Burnap masih bisa menyeruak menjadi pimpinan DPR dari Partai Golkar?
Tunggu kelanjutannya.....
Selasa, 22 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)